Pembelajaran
Sain di Taman Kanak-Kanak
M. Jaya Adi Putra, S.Si. M.Pd
Pembelajaran sain di Taman
Kanak-Kanak menuntut pemahaman guru taman kanak-kanak yang tepat terhadap sains. Pemahaman guru terhadap
pembelajaran sain dikelas tidak hanya sekedar pemahaman guru terhadap materi
pembelajaran saja, tetapi juga menyangkut bagaimana penyampaian pembelajaran
tersebut dikelas secara benar dan tepat. Dalam hal ini seorang guru yang akan mengajarkan tentang
pembelajaran sain haruslah memahami sains secara tepat dan benar.
Abruscato (1982:6) dalam bukunya yang berjudul “Teaching Children Science”
mendefinisikan tentang sain sebagai “pengetahuan yang diperoleh lewat
serangkaian proses yang sistematik guna mengungkap segala sesuatu yang
berkaitan dengan alam semesta”
Sementara itu Surjani (2010:12) menyatakan bahwa “sain merupakan
sekumpulan pengetahuan yang diperoleh dengan menggunakan metode tertentu yang
telah diuji kebenarannya. sehingga pengetahuan tersebut dapat dipertanggung
jawabkan”. Senada dengan apa yang didefinisikan
oleh Carlin (1997) bahwa
sain sebagai pengetahuan yang tersusun secara sistematik berlaku untuk umum dan
berupa kumpulan data hasil observasi dan eksperimen, yang didalam pengunaanya
secara umum terbatas pada gejala-gejala alam. Secara terperinci Leo dkk (2007:19)
menjelaskan bahwa sain merupakan “usaha manusia dalam memahami alam semesta
melalui pengamatan yang tepat (correct) pada sasarannya, penggunaan prosedur
yang benar (true) dan dijelaskan dengan penalaran yang sahih (valid) sehingga
dihasilkan kesimpulan yang benar (truth)”.
Berdasarkan beberapa
pengertian sain di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa sain merupakan satu
kesatuan dari proses, sikap dan hasil. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Josep Abruscato (1982: ), sain meliputi “aspek
sikap disamping sain sebagai produk dan proses”.
Ketika suatu fenomena alam diamati oleh para ilmuan mereka akan
menemukan sejumlah fakta dan informasi tentang hal-hal yang berkaitan dengan
fenomena tersebut,para ilmuan akan membangun konsep-konsep sain berupa tiore,
hukum atau rumus sain, inilah yang dinamakan sain sebagai sebuah produk. Sebagai
mana yang diungkapkan oleh Carin (1997:
17) bahwa sain sebagi” sebuah produk adalah dalam bentuk fakta, konsep, prinsip,
hukum dan tiori”.
Pesatnya perkembangann ilmu pengetahuan ini akan membuat para
ilmuan senantiasa terus berfikir dan meneliti yang akhirnya akan menghasilkan
temuan–temuan baru, sehinga hal ini akan banyak menghasilkan produk-produk baru
dari sain. Kejelian pada guru untuk memilih ilmu mana yang harus di kuasai
siswa sangat dituntut. Firman dan Widodo
(2007: 31) menjelaskan bahwa siswa juga perlu belajar tentang bagaimana mengembangkan ilmu yang telah dikuasai, agar nantinya
siswa bisa menjadi bagian dari para ilmuan tersebut.
Kurikulum sain di Taman Kanak-Kanak berisikan materi pelajaran
dikenalkan relatif secara berurutan dan berlanjut, sebagai persiapan
untuk pelajaran di tingkat selanjutnya, serta disesuaikan dengan tingkat
perkembangan kognitifnya agar dapat lebih bermakna, utuh dan fungsional. Tujuan
dari pengajaran sains sebagai produk ini adalah untuk mengembangkan pemahaman
konseptual siswa terhadap sains. Isi pelajaran meliputi berbagai fakta,
konsep-konsep, prinsip-prinsip, hukum-hukum alam, model-model dan teori-teori
yang membentuk pengetahuan formal ilmu pengetahuan. Disamping itu juga terdapat
berbagai latihan pemecahan masalah dalam bentuk percobaan.
Fokus utama dari sain sebagai
proses adalah dalam hal upaya sains
untuk melakukan pemecahan masalah yang tertentu, hal ini berarti para siswa
didorong untuk dapat menggunakan ketrampilan seperti halnya ketrampilan dan keahlian yang
dimiliki para ilmuwan dalam memecahkan
masalah ilmiah. Berbagai keahlian dan ketrampilan ini sangat diperlukan bagi siswa baik untuk memahami pelajaran sains
maupun diluar konteks pelajaran. Carin (1993:6) memperjelas bahwa pembelajaran
sains juga harus” beorientasi pada tujuan untuk mengantarkan peserta
didik kepada penguasaan keterampilan proses sains, baik keterampilan proses
dasar, maupun keterampilan proses terintegrasi”.
Agar siswa kelak dapat mengembangkan ilmu sepertinya para
ilmuan, maka siswa harus menguasai (bukan sekedar mengetahui) ilmiah. Adapun
kemampuan dasar bekerja ilmiah yang harus dikuasai siswa menurut Firman dan
Wdodo (2007:32- 35)
a.
Pengamatan,
yaitu merupakan proses pendiskripsian dengan menggunakan alat indra yang
dimiliki dan diperlukannya alat bantu untuk mendukung memperkuat dan
memperjelas pengamatan yang kita lakukan.
b.
Membuat
hipotesis yaitu ketrampilan dalam menemukan suatu hubungan antara dua atau
lebih variabel atau mengajukan perkiraan penyebab terjadinya suatu hal.
c.
Menafsirkan
(menginterpretasikan), yaitu merupakan suatu ketrampilan dalam menghubungkan
sesuatu dengan sesuatu yang lainnya,
untuk dapat menemukan persamaan, perbedaan, pola dan keteraturan.
d.
Merencanakan
percobaan merupakan suatu ketrampilan merencanakan cara mengelola dan
menganalisa data yang akan diperoleh guna mendapatkan kesimpulan, apa bila
rencana telah disusun dengan matang langkah selanjutnya melaksanakan percobaan.
e. Mengkomunikasikan merupakan
ketrampilan dalam berkomunikasi secara lisan dan tulisan untuk
menyampaikan informasi secara mudah dan akurat, atau menjelaskan hasil
percobaan dan laporan secara sistematis dan jelas.
Pembelajaran sain sebagai sebuah
proses kepada pemahaman bagaimana para ilmuan bekerja untuk memperoleh
sebuah produk sain, oleh sebab itu para
siswa akan terdorong untuk meningkatkan ketrampilannya dalam memecahkan masalah
ilmiah, sebagai mana yang dilakukan oleh para ilmuan.
Sikap yang harus dimiliki oleh seoranng ilmuan adalah
sikap ilmiah, sains diyakini dapat melatih atau
menanamkan sikap dan nilai positif dalam diri siswa. jujur, dapat bekerja sama,
teliti, tekun, hati-hati, toleran, skeptis, merupakan sikap dan nilai yang
dapat terbentuk melalui pembelajaran sains. Pembelajaran sains yang dapat terlaksana dengan
baik, akan dapat membentuk sikap dan nilai positif dalam diri siswa sebagai
bekal yang diperlukannya dalam mengatasi permasalahan yang dihadapinya dalam
kehidupan. Tentunya hal tersebut dapat tercapai jika pembelajaran sains
dipandang sebagai proses tidak hanya sekedar mempelajari produknya saja.
Pembelajaran sain di Taman Kanak-Kanak menekankan pada
pemberian pengalaman belajarsecara langsung melalui penggunaan dan
penggembangan keterampilann proses serta menumbuhkan sikap ilmiah, oleh sebab
itu pembelajan sains di Taman
Kanak-Kanak diberikan sesuai dengan tingkat perkembangan anak
tersebut. Guru hendaknya tidak hanya
memberikan konsep sains kepada anak, tetapi memberikan kegiatan pembelajaran
yang memungkinkan anak menemukan sendiri fakta dan konsep sederhana tersebut.
Tujuan
pengembangan pembelajaran sains pada anak usia dini menurut Leeper (Ali
Nugraha, 2008:25) hendaknya ditujukan untuk merealisasikan empat hal, yaitu :
a. Pengembangan pembelajaran sains pada anak
usia dini ditujukan agar anak-anak memiliki kemampuan memecahkan masalah yang
dihadapinya melalui penggunaan metode sains, sehingga anak-anak terbantu dan
menjadi terampil dalam menyelesaikan berbagai hal yang dihadapinya.
b. Pengembangan pembelajaran sains pada anak
usia dini ditujukan agar anak-anak memiliki sikap-sikap ilmiah. Hal yang
mendasar, misalkan tidak cepat-cepat dalam mengambil keputusan, dapat melihat
segala sesuatu dari berbagai sudut pandang, berhati-hati terhadap
informasi-informasi yang diterimanya serta bersifat terbuka.
c. Pengembangan pembelajaran sains pada anak
usia dini ditujukan agar anak-anak mendapatkan pengetahuan dan informasi ilmiah
(yang lebih percaya dan baik), maksudnya adalah segala informasi yang diperoleh
anak berdasarkan standar keilmuan yang semestinya, karena informasi yang
disajikan merupakan hasil temuan dan rumusan yang obyektif serta sesuai
kaidah-kaidah keilmuan yang menaunginya.
d. Pengembangan pembelajaran sains pada anak
usia dini ditujukan agar anak-anak menjadi lebih berminat dan tertarik untuk
menghayati sains yang berada dan ditemukan di lingkungan dan alam sekitarnya.
Ruang lingkup pembelajaran sain di Taman Kanak-Kanak merupakan keterpaduan
sain dari isi bahan kajian (ilmu hayati, astronomi dan kajian fisika kimia ) dan
bidang pengembangan kemampuan berupa dimensi dari hakekat sain (produk,proses
dan sikap sain). Keterpaduan tersebut harus mampu meramu berbagai bidang
pengembangan kedalam satu perencanaan yang utuh dan sienergis.