Rabu, 26 Desember 2012

Artikel

Pembelajaran Sain di Taman Kanak-Kanak
M. Jaya Adi Putra, S.Si. M.Pd 
Pembelajaran sain  di Taman Kanak-Kanak menuntut pemahaman guru taman kanak-kanak yang tepat terhadap sains. Pemahaman guru terhadap pembelajaran sain dikelas tidak hanya sekedar pemahaman guru terhadap materi pembelajaran saja, tetapi juga menyangkut bagaimana penyampaian pembelajaran tersebut dikelas secara benar dan tepat. Dalam hal ini  seorang guru yang akan mengajarkan tentang pembelajaran sain haruslah memahami sains secara tepat dan benar.  
Abruscato (1982:6)  dalam bukunya yang berjudul “Teaching Children Science” mendefinisikan tentang sain sebagai “pengetahuan yang diperoleh lewat serangkaian proses yang sistematik guna mengungkap segala sesuatu yang berkaitan dengan alam semesta”
Sementara itu Surjani (2010:12) menyatakan bahwa “sain merupakan sekumpulan pengetahuan yang diperoleh dengan menggunakan metode tertentu yang telah diuji kebenarannya. sehingga pengetahuan tersebut dapat dipertanggung jawabkan”. Senada dengan apa yang didefinisikan  oleh  Carlin (1997)  bahwa sain sebagai pengetahuan yang tersusun secara sistematik berlaku untuk umum dan berupa kumpulan data hasil observasi dan eksperimen, yang didalam pengunaanya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam. Secara terperinci Leo dkk (2007:19) menjelaskan bahwa sain merupakan “usaha manusia dalam memahami alam semesta melalui pengamatan yang tepat (correct) pada sasarannya, penggunaan prosedur yang benar (true) dan dijelaskan dengan penalaran yang sahih (valid) sehingga dihasilkan kesimpulan yang benar (truth)”.
  Berdasarkan beberapa pengertian sain di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa sain merupakan satu kesatuan dari proses, sikap dan hasil. Sebagaimana yang diungkapkan oleh  Josep Abruscato (1982: ), sain meliputi “aspek sikap disamping sain sebagai produk dan proses”.
Ketika suatu fenomena alam diamati oleh para ilmuan mereka akan menemukan sejumlah fakta dan informasi tentang hal-hal yang berkaitan dengan fenomena tersebut,para ilmuan akan membangun konsep-konsep sain berupa tiore, hukum atau rumus sain, inilah yang dinamakan sain sebagai sebuah produk. Sebagai mana yang  diungkapkan oleh Carin (1997: 17) bahwa sain sebagi” sebuah produk adalah dalam bentuk fakta, konsep, prinsip, hukum dan tiori”.
Pesatnya perkembangann ilmu pengetahuan ini akan membuat para ilmuan senantiasa terus berfikir dan meneliti yang akhirnya akan menghasilkan temuan–temuan baru, sehinga hal ini akan banyak menghasilkan produk-produk baru dari sain. Kejelian pada guru untuk memilih ilmu mana yang harus di kuasai siswa sangat dituntut.  Firman dan Widodo (2007: 31) menjelaskan bahwa siswa juga perlu belajar tentang bagaimana  mengembangkan ilmu yang telah dikuasai, agar nantinya siswa bisa menjadi bagian dari para ilmuan tersebut.
Kurikulum sain di Taman Kanak-Kanak berisikan materi  pelajaran  dikenalkan relatif secara berurutan dan berlanjut, sebagai persiapan untuk pelajaran di tingkat selanjutnya, serta disesuaikan dengan tingkat perkembangan kognitifnya agar dapat lebih bermakna, utuh dan fungsional. Tujuan dari pengajaran sains sebagai produk ini adalah untuk mengembangkan pemahaman konseptual siswa terhadap sains. Isi pelajaran meliputi berbagai fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip, hukum-hukum alam, model-model dan teori-teori yang membentuk pengetahuan formal ilmu pengetahuan. Disamping itu juga terdapat berbagai latihan pemecahan masalah dalam bentuk percobaan.
Fokus  utama dari sain sebagai proses  adalah dalam hal upaya sains untuk melakukan pemecahan masalah yang tertentu, hal ini berarti para siswa didorong untuk dapat menggunakan ketrampilan  seperti halnya ketrampilan dan keahlian yang dimiliki  para ilmuwan dalam memecahkan masalah ilmiah. Berbagai keahlian dan ketrampilan ini sangat diperlukan  bagi siswa baik untuk memahami pelajaran sains maupun diluar konteks pelajaran. Carin (1993:6)  memperjelas bahwa  pembelajaran sains  juga harus” beorientasi pada tujuan untuk mengantarkan peserta didik kepada penguasaan keterampilan proses sains, baik keterampilan proses dasar, maupun keterampilan proses terintegrasi”.
Agar siswa kelak dapat mengembangkan ilmu sepertinya para ilmuan, maka siswa harus menguasai (bukan sekedar mengetahui) ilmiah. Adapun kemampuan dasar bekerja ilmiah yang harus dikuasai siswa menurut Firman dan Wdodo (2007:32- 35)
a.     Pengamatan, yaitu merupakan proses pendiskripsian dengan menggunakan alat indra yang dimiliki dan diperlukannya alat bantu untuk mendukung memperkuat dan memperjelas pengamatan yang kita lakukan.
b.   Membuat hipotesis yaitu ketrampilan dalam menemukan suatu hubungan antara dua atau lebih variabel atau mengajukan perkiraan penyebab terjadinya suatu hal.
c.     Menafsirkan (menginterpretasikan), yaitu merupakan suatu ketrampilan dalam menghubungkan sesuatu  dengan sesuatu yang lainnya, untuk dapat menemukan persamaan, perbedaan, pola dan keteraturan.
d.    Merencanakan percobaan merupakan suatu ketrampilan merencanakan cara mengelola dan menganalisa data yang akan diperoleh guna mendapatkan kesimpulan, apa bila rencana telah disusun dengan matang langkah selanjutnya melaksanakan percobaan.
e.     Mengkomunikasikan merupakan  ketrampilan dalam berkomunikasi secara lisan dan tulisan untuk menyampaikan informasi secara mudah dan akurat, atau menjelaskan hasil percobaan dan laporan secara sistematis dan jelas.
Pembelajaran sain sebagai sebuah proses kepada pemahaman bagaimana para ilmuan bekerja untuk memperoleh sebuah  produk sain, oleh sebab itu para siswa akan terdorong untuk meningkatkan ketrampilannya dalam memecahkan masalah ilmiah, sebagai mana yang dilakukan oleh para ilmuan.
Sikap yang harus dimiliki oleh seoranng ilmuan adalah sikap ilmiah, sains diyakini dapat melatih atau menanamkan sikap dan nilai positif dalam diri siswa. jujur, dapat bekerja sama, teliti, tekun, hati-hati, toleran, skeptis, merupakan sikap dan nilai yang dapat terbentuk melalui pembelajaran sains. Pembelajaran sains yang dapat terlaksana dengan baik, akan dapat membentuk sikap dan nilai positif dalam diri siswa sebagai bekal yang diperlukannya dalam mengatasi permasalahan yang dihadapinya dalam kehidupan. Tentunya hal tersebut dapat tercapai jika pembelajaran sains dipandang sebagai proses tidak hanya sekedar mempelajari produknya saja.
Pembelajaran sain di Taman Kanak-Kanak menekankan pada pemberian pengalaman  belajarsecara langsung melalui penggunaan dan penggembangan keterampilann proses serta menumbuhkan sikap ilmiah, oleh sebab itu pembelajan sains di Taman Kanak-Kanak  diberikan  sesuai dengan tingkat perkembangan anak tersebut.  Guru hendaknya tidak hanya memberikan konsep sains kepada anak, tetapi memberikan kegiatan pembelajaran yang memungkinkan anak menemukan sendiri fakta dan konsep sederhana tersebut.
            Tujuan pengembangan pembelajaran sains pada anak usia dini menurut Leeper (Ali Nugraha, 2008:25) hendaknya ditujukan untuk merealisasikan empat hal, yaitu :
a.   Pengembangan pembelajaran sains pada anak usia dini ditujukan agar anak-anak memiliki kemampuan memecahkan masalah yang dihadapinya melalui penggunaan metode sains, sehingga anak-anak terbantu dan menjadi terampil dalam menyelesaikan berbagai hal yang dihadapinya.
b.  Pengembangan pembelajaran sains pada anak usia dini ditujukan agar anak-anak memiliki sikap-sikap ilmiah. Hal yang mendasar, misalkan tidak cepat-cepat dalam mengambil keputusan, dapat melihat segala sesuatu dari berbagai sudut pandang, berhati-hati terhadap informasi-informasi yang diterimanya serta bersifat terbuka.
c.   Pengembangan pembelajaran sains pada anak usia dini ditujukan agar anak-anak mendapatkan pengetahuan dan informasi ilmiah (yang lebih percaya dan baik), maksudnya adalah segala informasi yang diperoleh anak berdasarkan standar keilmuan yang semestinya, karena informasi yang disajikan merupakan hasil temuan dan rumusan yang obyektif serta sesuai kaidah-kaidah keilmuan yang menaunginya.
d.  Pengembangan pembelajaran sains pada anak usia dini ditujukan agar anak-anak menjadi lebih berminat dan tertarik untuk menghayati sains yang berada dan ditemukan di lingkungan dan alam sekitarnya.

Ruang lingkup pembelajaran sain di Taman Kanak-Kanak merupakan keterpaduan sain dari isi bahan kajian (ilmu hayati, astronomi dan kajian fisika kimia ) dan bidang pengembangan kemampuan berupa dimensi dari hakekat sain (produk,proses dan sikap sain). Keterpaduan tersebut harus mampu meramu berbagai bidang pengembangan kedalam satu perencanaan yang utuh dan sienergis.